JOHN CALVIN: KEHIDUPAN SANG REFORMIS KRISTEN
1.
Riwayat
Hidup John Calvin
John
Calvin yang dikenal dengan Johannes Calvin ataupun Yohanes Calvin lahir pada
tanggal 10 Juli 1509 sebagai Jean Cauvin di kota Noyon, Perancis Utara. Nama
Cauvin di kemudian hari, sesuai dengan kebiasaan di kalangan kaum berpendidikan
pada waktu itu, dilatinisasikan menjadi Calvinus. Ayahnya yang bernama Gerard
Cauvin merupakan seorang pegawai uskup di Noyon. Sementara itu, ibunya yang
bernama Jeanne Lefranc meninggal ketika Calvin masih muda. Calvin memiliki
empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin mempunyai
hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan
elementernya ditempuh dalam istana bangsawan Noyon. Mommor, bersama-sama dengan
anak-anak bangsawan itu. Itulah sebabnya Calvin memperlihatkan sifat-sifat
kebangsawanan.
Pada
mulanya, Ayah Calvin menginginkan anaknya untuk menjadi imam Gereja Katolik
Roma (GKR). Pada umur 12 tahun Calvin sudah menerima “tonsur” (pencukuran
rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan ia pada usia 18 tahun sudah
menerima upah dari paroki St. Martin de Marteville. Dengan penghasilan tersebut
Calvin dapat meneruskan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi. pada
tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di Perancis. Di sini ia belajar
retorika dan bahasa latin. Bahasa Latin dipelajarinya pada seorang ahli Bahasa
Latin yang terkenal yaitu Marthurin Cordier. Kemudian ia pindah ke College de
Montague. Di sini Calvin belajar filsafat dan theologia. Di sekolah inilah
Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola, yang kemudian hari menjadi
musuh besar gerakan reformasi.[1]
Setelah
Calvin menyelesaikan pendidikannya itu tiba-tiba ayahnya tidak menginginkan
anaknya lagi untuk menjadi imam. Hal ini dikarenakan terjadinya perselisihan
antara ayah Calvin dengan dengan keuskupan Noyon sehingga rencana semula
dibatalkan. Ayahnya kemudian menginginkan Calvin untuk menjadi seorang ahli
hukum. Oleh karena itu Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu
hukum. Kemudian ia juga belajar di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani
dan Ibrani dipelajarinya dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal
pada abad itu. Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum. Studi
hukumnya sangat mempengaruhinya dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja
reformasi yang dipimpinnya di kemudian hari, dimana Calvin sangat menekankan ketertiban
dan keteraturan dalam gereja.[2]
Dalam mempelajari bahasa dan
kesusasteraan klasik Ibrani, Yunani, dan Latin, ia sekaligus mempelajari dan
menyerap Humanisme Kristen (dengan tokohnya antara lain Erasmus). Para Humanis
Kristen Perancis pada saat itu bersentuhan dan berkenalan dengan semangat
‘Injili’ dan gerakan Reformasi yang dicanangkan Luther, sementara pemerintah
setempat masih merupakan pendukung GKR.[3]
Pada April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu: Komentar Kitab De Clementia ( A Commentary
on Seneca’s De Clementia). Dalam buku ini dipersembahkan kepada Claude de
Hangest, sahabat sekolahnya di keluarga bangsawan Mommer, di Noyon dahulu. Buku
ini memperlihatkan Calvin sebagai seorang Humanisme sejati. Dalam buku ini
tidak terdapat tanda-tanda bahwa Calvin telah beralih ke pihak reformasi
Perancis.
Karena pada saat itu pemerintah
setempat masih merupakan pendukung GKR, maka banyak reformator yang melarikan
diri dari Perancis ke Swiss dan Strausburg. Di sini Calvin mengirimkan surat
yang ditulis Oktober 1533 kepada Bucer di Strausburg untuk memberi perlindungan kepada orang-orang
reformator yang melarikan diri karena dihambat di Perancis.[4]
Dengan semakin kerasnya Perancis menghambat golongan reformatoris, khususnya
pada tahun 1534. Calvin pun akhirnya ikut melarikan diri ke Strausburg di mana
ia diterima dengan hangat oleh Bucer. Kemudian Calvin meneruskan perjalanannya
ke Basel. Calvin tinggal sekitar setahun lamanya. Selama itu Calvin masih pergi
ke Perancis mengunjungi sahabat-sahabatnya dengan memakai nama-nama samaran
seperti : Martianus Lucanius, Carolus Passelius, Calpunius, dan sebagainya. Di
Basel yang pada akhirnya Calvin menerbitkan bukunya yang terkenal yaitu : Religius
Christianae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen) tahun 1536. Buku ini diterbitkan dengan
tidak menyebutkan nama pengarangnya. Bukunya inilah yang biasanya dikenal
dengan nama Institutio. Buku ini
kemudian direvisi berkali-kali dan menjadi buku dogmatika yang terutama dalam
gereja-gereja Calvinis. Institutio adalah
karangan theologia yang kedua yang keluar dari tangan Calvin. Buku Theologia
yang pertama adalah berjudul: Psychopanychia
(Mengenai Tidurnya Jiwa-jiwa),
suatu karangan melawan ajaran anabaptis yang mengajarkan bahwa jiwa manusia
tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal.
Dalam buku Institutio itu, kata pendahuluannya dipersembahkan kepada raja
Perancis, Frans I, untuk menjelaskan kepadanya keikhlasan dan kejujuran
Pembaruan Gereja. Cetakan Institutio yang pertama adalah semacam katekismus,
tetapi tidak memakai tanya jawab, dan buku ini dimaksudkan bagi kaum reformasi
di Perancis. Dalam cetakan pertama ini pun Calvin sudah menguraikan organisasi
Gereja dan soal Negara; nyata jelas dari situ, bahwa kedua pokok tersebut
sangat besar artinya bagi Calvin, karena pada hematnya pokok-pokok itu
berhubungan rapat dengan injil; berbeda dengan Luther yang juga merupakan
reformator Kristen Protestan, dia agak
mengabaikan organisasi Gereja dan soal negara.[5]
2.
Kehidupan
Calvin di Jenewa
Pada
tahun 1536 Calvin berangkat dari Basel ke Italia-Utara, di sana ia menginap
beberapa waktu lama di istana permaisuri Ferrara, seorang wanita yang saleh,
yang memberikan perlindungan kepada beberapa pemimpin Injili yang telah lari
dari negerinya karena penganiayaan. Dari Ferrara, Calvin mau pulang ke Basel atau
Strasburg, dan pada perjalanannya itu ia menginap semalam di Jenewa di Swiss,
pada bulan Juli 1536. Pendeta Injili Willem Farel mendengar bahwa Calvin berada
di kota itu, dengan segera ia mencarinya, sebab nama dan kecakapan sarjana
Perancis yang muda itu sudah terkenal di kota tersebut. Farel sangat mendesak
kepada Calvin supaya tinggal di Jenewa untuk membantu dia dalam pekerjaan
Reformasi di sana, tetapi Calvin menolak permintaannya. Calvin tidak mau karena
orang-orang Jenewa sudah terkenal suka mabuk, berjudi, berzinah dan seterusnya.[6]
Sementara Calvin adalah seorang pemalu dan penakut, sehingga dia tidak merasa
layak untuk pekerjaan praktek. Tetapi Farel terus mendesak supaya ia tinggal di
Jenewa dan tatkala Calvin tetap menolak peermintaannya, pendeta itu berseru:
“Dengan Nama Allah yang Mahakuasa, aku katakan kepadamu : jikalau engkau tidak
mau menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan mengutuki engkau,
karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada kemulian
Kristus!”.[7]
Calvin pun akhirnya menerima permintaan Farel dan akhirnya tinggal di Jenewa.
2.1.
Keadaan di Jenewa Tahun 1536
Jenewa
adalah sebuah kota yang diperintah oleh uskup, tetapi sudah lama hertog Savoya,
yang berkuasa di daerah sebelah selatan Jenewa, ingin memasukan kota Jenewa itu
ke dalam kerajaannya. Ketika bahaya itu
meningkat, maka Jenewa mencari bantuan pada perserikatan kanton-kanton
yang berbahasa Jerman di bagian utara tanah Swiss, yang telah masuk Injili.
Bantuan politik itu diberikan kepada Jenewa oleh kanton-kanton Injili dan atas
desakan kanton Bern dan karena pertentangan politik antara Jenewa dengan Savoya
yang beragama Katolik Roma, maka Jenewa menerima Pembaruan pada tahun 1535.
Untuk melangsungkan Reformasi di Jenewa, Bern telah mengutus pendeta Willem
Farel ke sana. Ia seorang yang gembira, tetapi tugasnya terlampau berat, karena
jumlah orang Injili yang bersungguh-sungguh masih kecil dan kebanyakan penduduk
belum insaf akan arti Reformasi. Mereka membuang dengan dengan senang hati
segala kewajiban, peraturan dan upacara Katolik Roma yang sudah lama diraskan
sebagai belenggu yang merintangi kebebasan hidupnya supaya sekarang mereka itu
boleh menurut hawa nafsunya saja. Jadi kota Jenewa yang terkenal karena
semangat duniawinya itu telah masuk Protestan secara lahiriah, tetapi belum
dibaharui secara batiniah.[8]
Jenewa
merupakan Kota yang telah bebas dan otonom, pemerintahannya dipegang oleh dewan
kota. Dewan ini tidak hanya mengurusi hal-hal politik tetapi juga mengambil
alih tanggung jawab atas kehidupan gerejawi. Para imam besar diusir dari kota
dan diangkat pendeta seperti Farel untuk membantu membenahi kehidupan gerejawi.[9]
Farel
mengerti bahwa ia seorang diri tak sanggup memikul beban pekerjaan yang sukar
itu. Sungguhpun ia telah mulai berusaha dengan sekuat tenaga, namun untuk membina
hidup rohani dan masyarakat Kristen, ia membutuhkan sokongan dari seseorang
yang mempunyai karunia istimewa bagi tugas itu. Itulah sebabnya Farel memilih
Calvin untuk membantunya di Jenewa.
2.2.
Awal Kerja John Calvin di Jenewa (1536-1545)
Mula-mula
Calvin hanya memimpin penjelasan Alkitab kepada jemaat-jemaat, tetapi segera ia
menjadi pendeta resmi dan tenaga pendorong dalam segala pekerjaan Gereja. Pada
penghabisan tahun 1536, Calvin beserta dengan Farel, menganjurkan sebuah
rencana tatagereja kepada dewan kota. Mereka merancangkan sebuah tata gereja
yang mengatur seluruh kehidupan warga kota menurut cita-cita Theokrasi.[10]
Dari rencana itu teruslah nyata sifat khas dari segala pekerjaan Calvin, yakni
ia selalu berusaha mengatur pekerjaannya dengan tertib dan rapi. Menurut
rencana tata gereja itu, ia mau mengadakan perjamuan
kudus sebulan sekali (cita-citanya ialah seminggu sekali), berhubung dengan
itu ia bermaksud menjalankan disiplin yang keras, baik dalam ajaran maupun
dalam kelakuan anggota-anggota jemaat. Semua penduduk diwajibkan menandatangani
sehelai surat pengakuan, karena segenap penduduk kota boleh terdiri dari orang
Kristen yang sungguh-sungguh sadar akan ikrarnya. Di dalam kebaktian, jemaat
harus belajar menyanyikan mazmur-mazmur (nyanyian pujian). Pengajaran agama
(katekisasi) akan mendapat perhatian. Juga untuk nikah Kristen perlu dibuat
peraturan-peraturan baru.[11]
Tata gereja itu mau dibuat menjadi
senjata dalam tangan Calvin untuk melawan GKR dan semangat keduniawian. Sungguh
pentinglah artinya tata gereja ini dengan perkembangan reformasi, karena baru
disilah pembaruan bentuk lahiriah Gereja mendapat perhatian yang selayaknya.
Calvin mengerti bahwa penemuan kembali Injil sejati haruslah disusul dan
disempurnakan dengan pembaruan bentuk hidup gereja. Lagipula ia sadar bahwa
Kristus mau menguasai dan memerintah seluruh hidup dan kelakuan orang-orang
yang percaya kepada Dia. Sekalipun Calvin tidak menghendaki suatu jemaat yang
kudus menurut tuntutan-tuntutan golongan Baptis yang bersifat taurat, tetapi
harus nyata bahwa Kristuslah Tuhan jemaat-Nya. Oleh karena itu perlu ada
disiplin, akan tetapi disiplin itu sekali-kali tidak boleh diserahkan kepada
pemerintah daerah atau kot, seperti yang biasa dilakukan Gereja Luther dan
Zwingli. Kristus adalah kepala gereja sebab itu pemerintah dunia tidak berhak
dalam urusan perkara-perkara yang semata-mata mengenai hidup gereja sendiri.
Demikian Calvin menuju kepada pernyataan Kristokrasi (pemerintahan Kristus)
juga dalam hidup lahiriah jemaat.
Namun ternyata disiplin yang
ditegakkan oleh Calvin dimana setiap warga penduduk diwajibkan menandatangani
sehelai surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan
iman dan pengakuannya tidak disetujui oleh banyak warga kota. Pada tahun 1538
Dewan kota yang dikuasai oleh orang-orang yang menolak pengakuan itu sehingga
Calvin dan Farel dilarang berkhotbah di mimbar-mimbar gereja di Jenewa.[12]
Calvin dan kawan-kawannya tidak mengacuhkan larangan itu, sehingga pada bulan
April 1538, mereka dipecat dan dibuang, pada akhirnya Calvin dan Farel diusir
dari Jenewa.
Kemudian Calvin dipanggil oleh
jemaat di Strausburg. Ia menjadi pendeta di sana tahun 1539-1541. Dalam jemaat
ini Calvin bersama Butzer dapat menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa
dahulu. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian mazmur dengan bantuan ahli musik
terkenal, yaitu Clement Marot, Louis Bourgois dan Maitre Piere. Di dini pula
Calvin mulai menulis tafsiran-tafsiran Alkitab serta merevisi Institutio. Di
sini pulalah Calvin menikah dengan Idelette de Burge, seorang janda bangsawan.
Pernikahannya hanya berlangsung sembilan tahun lamanya, karena kemudian
istrinya meninggal tanpa memberi keturunan kepada Calvin.[13]
Waktu Farel dan Calvin diusir dari
Jenewa mereka meninggalkan pengikut-pengikut di sana yang tidak kecil
jumlahnya. Pengikut-pengikut yang setia itu dinasehati oleh Calvin, supaya
jangan menceraikan diri dari jemaat yang sepeninggal Calvin dan Farel dipimpin
oleh pendeta-pendeta dari Bern. Pada tauhn 1539 dewan kota Jenewa mengadakan
perjanjian dengan Bern, yang amat merugikan Jenewa. Oleh karena tindakan itu
rakyat mulai memihak pula kepada partai para pengikut Calvin, sehingga pada
tahun berikutnya kawan-kawan Calvin dipilih untuk membentuk pemerintah baru.
Pendeta Bern pulang ke negerinya dan sudah tentu bahwa golongan Calvinis
berharap supaya Calvin sendiri kembali ke Jenewa untuk meneruskan pekerjaannya
di Jenewa. Mereka yakin bahwa dengan jalan itu kedudukan Jenewa secara politik
akan menjadi kuat lagi, dan masyarakat serta gereja dapat dibaharui lebih jauh.
Pada mulanya Calvin kurang suka
untuk meninggalkan Strausburg, mengingat segala kesulitan di Jenewa pada waktu
lalu, tetapi sesudah dipertimbangkan beberapa bulan lamanya, akhirnya ia tidak dapat menolak permintaan Jenewa
yang keras itu, yang berulang-ulang disampaikan kepadanya. Farel juga mengajak
dia supaya menerima panggilan itu. Dengan membuang segala kesenangan dan
cita-citanya sendiri, Calvin menempuh jalan yang ditunjukkan Tuhan kepadanya
untuk kedua kalinya. Oleh segala pengalaman pada masa yang lalu, sekarang
Calvin siap sedia dan matang untuk menghadapi tugasnya.[14]
Dengan tibanya Calvin di Jenewa,
Calvinpun memulai kembali pekerjaannya yang dulu. Baru sekarang ia menerima
gaji yang cukup untuk penghidupannya. Oleh kemasyurannya mungkin dengan gampang
ia menjadi kaya, akan tetapi ia menolak segala hadiah dan selalu membagikan
segala miliknya kepada orang yang berkekurangan, bagi dirinya sendiri ia tidak
memerlukan banyak, karena ia hidup semata-mata untuk tugasnya.
Calvin terus merencanakan suatu tata
gereja yang baru. Pada tahun 1541 juga sudah dikeluarkannya peraturan-peraturan
gereja. Dalam tatagereja itu ditentukan empat jabatan: 1. Jabatan pendeta
(predikan) untuk khotbah dan disiplin (di Jenewa pada waktu itu diadakan
kebaktian sehari sekali dan pada hari Minggu tiga kali); 2. Jabatan pengajar
(doktor) untuk katekisasi dan pengajaran theologi; 3. Jabatan penatua untuk
disiplin (penatua-penatua dipilih dari antara anggota-anggota dewan kota); 4.
Jabatan syamas (diaken) untuk pelayanan terhadap orang miskin. Pendeta-pendeta
dan pengajar-pengajar bersama-sama merupakan “perkumpulan kehormatan” yang
antara lain memanggil pendeta-pendeta baru. Pendeta-pendeta dan penatua-penatua
bersama-sama merupakan “konsistori”, yaitu majelis gereja, yang memimpin jemaat
dan yang menjalankan disiplin. Dengan peraturan itu, di Jenewalah untuk pertama
kali diwujudkan asas pemerintahan sendiri oleh sidang jemaat, yakni susunan
jemaat secara presbiterial.[15]
Akan tetapi dengan menjalankan organisasi presbiterial itu Calvin menghendaki
cita-cita yang lebih tinggi lagi, yaitu pemerintahan mutlak dari Yesus Kristus
sendiri di dalam gerejaNya. Kristokrasi itu adalah selamanya pokok dari maksud
dan tujuan Calvin dalam segala usahanya; Tuhanlah satu-satunya pemerintah
jemaatNya, yang melaksanakan kuasaNya dengan perantaraan pejabat-pejabatNya
yang takluk kepada FirmanNya, oleh karena itu Gereja tidak boleh sekali-kali
mengaku penguasa atau wali dari luar.[16]
Calvin
sangat keras dalam menegakkan disiplin. Tiap-tiap penatua wajib mengawasi
sebagian dari kota. Mereka berhak memasuki segala rumah. Kadang-kadang dipakai
mata-mata untuk mengetahui keadaan rumah-rumah anggota jemaat. Ada beberapa
daya dan tingkat dalam melakukan disiplin: nasihat, pengakuan dosa, penolakan
dari perjamuan kudus, dan pengucilan. Apabila segala upaya itu tidak berhasil,
maka orang yang keras kepala itu diserahkan kepada pemerintah dunia. Pemerintah
itupun berhak menjatuhkan hukumannya sendiri.
Dewan
kota hanya mengijinkan perayaan perjamuan empat kali setahun. Calvin tidak
setuju tetapi menerima saja keputusan itu. Akan tetapi ketika dewan kota
berniat untuk merebut hak disiplin, Calvin menentang maksud sekeras-kerasnya,
sehingga gagal. Demikianlah di Jenewa terdiri suatu “negara-agama” menurut asas
Calvin yang didalamnya hidup masyarakat dikuasai oleh Firman Tuhan saja,
keadaan mana sudah tentu bertentangan sekali dengan Gereja-negara Lutheran di
Jerman.
Calvin
tidak lagi menuntut supaya masing-masing penduduk kota mendatangi suatu
pengakuan iman, tetapi ia melengkapkan dasar yang teguh bagi pengajaran agama
Kristen denggan mengarang buku “Katikismus Jenewa”, yang di dalamnya
menguraikan tentang Iman, Hukum, Doa dan Sakramen. Kitab yang amat baik itu
menjadi contoh bagi kitab-kitab pengajaran agama Kristen di kemudian hari.
Tatacara kebaktian juga diatur kembali menurut perubahan-perubahan yang telah
dilaksanakan di Strasburg. Segala barang yang masih berbau Katolik Roma
dikeluarkan dari gedung-gedung gereja, seperti mezbah patung, salib dan
orgen/orgei (alat musik di gereja). Pada tahun-tahun berikutnya kuasa Calvin
makin bertambah kukuh, juga di lapangan politik ia berpengaruh besar. Ia
mengumpulkan di Jenewa sejumlah pendeta yang cakap, yang sehati dan setujuan
dengan dia. Penatua-penatua dilatih dengan teliti untuk tugasnya.[17]
2.3.
Tahun-tahun Perjuangan Calvin di Jenewa (1545-1555)
Calvin
yakin bahwa segala tindakan yang telah dilakukannya di Jenewa merupakan
permulaan pekerjaannya saja. Tujuannya ialah menghilangkan semangat duniawi
yang masih merajalela di Jenewa, sehingga dengan demikian jemaat di Jenewa
menjadi jemaat yang kudus dan sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Tuhan.
Untuk mencapai tujuannya itu dia melakukan “serangan” terhadap pencabulan dan
semangat keduniawian di antara penduduk. Pengawasan mata-mata makin keras,
hukuman-hukuman yang dikenakan kepada yang bersalah makin berat. Disiplin itu
dilakukan dengan tidak pandang bulu. Orang yang berpangkat tinggi ataupun orang
kaya tidak mendapat pengecualian. Diumumkan larangan memasuki rumah minum.
Hukuman berat diadakan untuk perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh, seperti
berdansa, berjudi, berzinah, menghujat nama Tuhan, tidak taat kepada orang tua,
lalai mengunjungi kebaktian umum dan sebagainya.
Tindakan-tindakan
keras itu menimbulkan partai oposisi yang terdiri dari semua yang menghendaki
kembali kepada keadaan Jenewa yang dahulu. Golongan ini menerjunkan diri ke
dalam suatu pergumulan yang hebat dengan Calvin untuk merebut kembali kekuasaan
Jenewa, tetapi Calvin membela dengan kuat. Seorang pemilik pabrik yang kaya,
Ameaux yang menghina Calvin dalam suatu pertemuan yang tertutup, dihukum
berjalan mengelilingi lorong-lorong kota dengan memakai sehelai “baju
penyesalan” untuk mengakui kesalahannya. Hukuman itu dirasa perlu oleh Calvin
untuk kehormatan Kristus, tetapi di sini muncullah bahaya bagi Calvin, seperti
juga bagi paus-paus besar, yang mau menyamakan begitu saja kehormatan sendiri
dengan kehormatan Tuhan. Seorang lain dihukum mati oleh dewan kota karena sangat
menghujat nama Allah, dengan tidak mendapat pertolongan atau pengampunan dari
pihak Calvin.[18]
Keadaan
di Jenewa makin hari makin genting, rakyat mulai mengadakan huru-hara karena
kebenciannya terhadap peraturan-peraturan disiplin. Pada tahun 1548 kaum
oposisi beroleh kursi yang terbanyak dalam “dewan kecil”, sukar sekali bagi
Calvin untuk mempertahankan dan menjalankan cita-citanya yang theokratis.
Walaupun demikian kota Jenewa tetap masyur, di antara semua orang Injili di
Eropah Barat yang dihambat karena imannya, mencari perlindungan di Jenewa.
Banyak dari mereka yang mencari perlindungan tersebut merupakan keluarga yang
berbakat dan terpelajar.
Kedudukan
Calvin bahkan semakin sulit, terutama penyerangan ajaran predestinasi[19],
oleh Hieronymus Bolsec seorang tabib yang tinggal dekat Jenewa. Padahal ajaran
predestinasi sangat diutamakan dalam theologia Calvin. Hal ini tentu tidak
dibiarkan oleh Calvin, sehingga dengan ajakan Calvin Bolsec dibuang keluar
Jenewa oleh dewan kota (1552). Akan tetapi jemaat-jemaat yang lain tidak
semuanya setuju dengan pendirian Calvin. Hal menyenangkan seteru-seteru Calvin
karena melihat bahwa Calvin sekarang kurang dihormati dan oleh golongannya
sendiri selaku penafsir Firman Allah. Akhirnya pada tahun 1553 partai oposisi
berhasil merebut segenap kekuasaan.
Meskipun
partai oposisi berhasil merebut segenap kekuasaan, namun Calvin tetap berjuang.
Perjuangan Calvin salah satunya yaitu melakukan perlawanan terhadap ajaran
anti-trinitarian. Ajaran ini diajarkan oleh Michael Servet, yang merupakan
seorang tabib namun menggemari ilmu teologia. Semenjak tahun 1531 ia mendapat
nama yang buruk selaku seorang penyangkal trinitas Allah dan ketuhanan Kristus.
Beberapa tahun lamanya Servet hidup di Perancis dengan memakai nama-nama
samaran. Di sana ia menguraikan pandangan-pandangannya dalam sebuah kitab yang
diberi judul “Pemulihan Agama Kristen”. Sebelum mengeluarkan kitabnya itu ia
berkirim surat kepada Calvin tentangg isinya, tetapi Calvin menolak segala ajarannya
dengan amarah, seraya menasihatinya supaya jangan datang ke Jenewa. Pada tahun
1553 Servet menerbitkan kitabnya tanpa menyebutkan nama pengarang. Inkuisisi
GKR[20]
terus menyelidiki masalah ini dan tidak lama kemudian mendapat cukup bukti
bahwa Servetlah pengarangnya. Ia ditangkap dan dipenjarakan di kota Vienne dan
dijatuhi hukuman mati dengan dibakar, tetapi ia dapat melarikan diri. Ia
bermaksud pergi ke Italia. Namun, Calvin melewati Jenewa dan di Jenewa ia
langsung dikenal orang dan atas permintaan Calvin, ia pun dimasukkan ke dalam
penjara. Pemerintah kota memutuskan untuk membuka acara resmi terhadap seteru
seluruh kekristenan itu, karena partai oposisi yang berkuasa pada waktu itu
juga menentang Servet. Hanya para lawan Calvin yang paling radikal yang memihak
Servet. Kota-kota Swiss yang lain juga menasihatkan kepada Jenewa supaya
menjatuhkan hukuman yang berat. Dewan kota memutuskan bahwa ia harus dibakar
hidup-hidup. Atas anjuran para pendeta dan tentunya termasuk Calvin di
dalamnya, supaya kepala Servet dipenggal maka Dewan Kota memenggal kepala
Servet pada tahun 1553.[21]
Dengan
dihukumnya Servet, sesuai dengan permintaan Calvin, kekuasaan dan kehormatan
Calvin pun membumbung tinggi lagi, terlebih-lebih sebab Calvin dipuji dan
disokong oleh segenap Gereja Kristen di Eropah Barat. Pemimpin-pemimpin oposisi
yang telah memihak kepada Servet sekarang menjadi hilang pengaruhnya. Pada
tahun 1555 golongan Calvinis menang kembali dalam pemilihan dewan kota.
Penganjur-penganjur oposisi terpaksa lari, dan yang tinggal di Jenewa dihukum
mati. Semua orang Calvinis dari luar negeri yang berlindung di Jenewa, diberi
hak warga negara. Banyak keluarga yang sudah lama tinggal di Jenewa
meninggalkan kota, karena tidak mau menyesuaikan diri kepada keadaan baru itu.
Begitulah Jenewa menjadi sebuah kota menurut cita-cita Calvin, di mana ia dapat
mewujudkan asas-asas theokratis dengan tidak mengalami perlawanan dan larangan
lagi.[22]
2.4.
Tahun-tahun Pembinaan Calvin di Jenewa dan penyebaran ajarannya (1555-1564)
Sejumlah
undang-undang dikeluarkan dengan maksud mau menaklukkan segenap masyarakat dan
perseorangan ke bawah disiplin taurat. Dalam kitab undang-undang itu antara
lain ditentukan batas kemewahan bagi tiap-tiap golongan penduduk, malahan orang
tidak bebas dalam hal pakaian dan makanan. Dengan cara itu Calvin mau mendidik
kepada hidup yang sederhana dan kepada kerajinan dalam pekerjaannya
masing-masing. Barulah sekarang peraturan disiplin dijalankan dengan sempurna.
Perkelahian dalam rumah tangga, kekerasan dalam pendidikan anak-anak, tipu
muslihat dalam perdagangan, semua itu termasuk ke dalam dosa yang dikenakan
disiplin gereja. Disiplin dilakukan dengan tidak pandang bulu, sampai keluarga
karib Calvin sendiri pun kena disiplin. Cara hidup di Jenewa sungguh sederhana
dan keras, tetapi dengan rakyat yang bertambah kuat, rajin dan makmur, sehingga
keadaan di Jenewa dipuji di seluruh Eropah dan contoh yang indah itu ditiru di
banyak tempat. Banyak orang memandang Jenewa sebagai kota yang suci.
Pada
tahun 1559 sejumlah guru dari Perancis yang merupakan Calvinis diusir oleh Bern
dari Lausanne, sebuah kota yang terletak pada pesisir utara danau Jenewa.
Mereka disambut oleh Calvin dan pada tahun itu juga ia membuka sebuah Akademi
atau sekolah tinggi. Akademi di Jenewa ada dua bagian, yakni satu sekolah
menengah Altin (gymnasium) dan satu fakultas Teologia, yang menjadi rektor
ialah Theoderus Beza, seorang murid dan teman sekerja Calvin, yang juga pidah
dari Lausanne ke Jenewa. Akademi itu melatih pemuda-pemuda Calvinis menjadi
tentara Tuhan di dunia ini, yang saleh dan yang rela berjuang bagi perluasan
pekerjaan Tuhan di semua lapangan hidup. Akademi di Jenewa menjadi bagi
perguruan tinggi Calvinis di negara lain dan menjadi satu pusat pelajaran
internasional. Mahasiswanya telah menyiarkan asas-asas Calvinis ke seluruh
Eropah. Banyak pemuka Reformasi Calvinis di luar negeri mendapat latihannya di
Jenewa, umpamanya John Knox, pembaru gereja di negeri Skotlandia, Marbix dari
Sint Aldegonde dari Belanda, yang bersahabat karib dengan pangeran Willem dari
Oranye dan yang barangkali mengarang syair Wilhelmus dari Nassau, Caspar
Olevianus, yaitu salah seorang dari pengarang-pegarang Katekismus Heidelberg,
dan banyak pemuka Reformasi Calvinis lainnya.
Dapat
dikatakan bahwa pengaruh Calvin sudah mulai berkembang sampai jauh di luar
Jenewa. Hal itu memang pertama-tama disebabkan oleh kitab-kitabnya, seperti
Institutio dan tafsir-tafsirnya tentang hampir segenap isi Alkitab, yang
menjadi hasil dari pengajaran Calvin bertahun-tahun lamanya. Calvin juga aktif
dalam menyurati para pembaru-pembaru gereja di segala negeri Eropah, terutama
dengan kawan-kawan seiman dan seperjuangan di Perancis. Selain itu Calvin juga
mempersembahkan kitab-kitabnya kepada raja-raja dan tuan-tuan lain yang berpangkat
tinggi di Inggris, Polandia, Swedia, Denmark dan sebagainya, sehingga ia
memiliki hubungan yang baik dengan mereka. Calvin melakukan hal itu bukan
maksud untuk mendapat kehormatan atau keuntungan dari penguasa-penguasa itu,
akan tetapi ia berkeyakinan bahwa terutama raja-raja dapat diberi penerangan
dan ajakan, jikalau Reformasi Calvinis mau dilangsungkan di seluruh Eropah.
Arti
Calvin bagi gereja Reformasi sangat besar. Pada masa itu gereja Katolik Roma
bersiap untuk membasmi gerakan Reformasi, Calvinislah yang memberi Gereja muda
itu suatu organisasi yang teguh, kegiatan untuk berjuang dan tenaga membela
diri. Seandainya Calvin tidak ada, gereja Reformasi barangkali menjadi gereja
pisahan (gereja terpisah) yang kecil saja dibeberapa daerah Jerman, namun
akhirnya Calvin memimpin pembaharuan gereja kepada kemenangan sampai berkembang
di seluruh dunia.
Sejak
tahun 1558 penyakitnya mulai berat. Sebelum meninggal, ia meninggalkan banyak
pesan kepada jemaatnya dan kepada Theodorous Beza, yang akan menggantikan
kedudukannya di jemaat Jenewa. Dewan kota dan para pendeta dipanggilnya untuk
mendengarkan nasihat-nasihatnya. Pada tanggal 27 Mei 1964 Calvin meninggal
dunia dengan tenang. Ia pergi dengan meninggalkan pekerjaan yang berat kepada
Theodorus Beza. Namanya dikenang sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan
terpatrinya gereja Calvinis.[23]
[1] F.D. Wellem. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam
Sejarah Gereja. (Jakarta : Gunung Mulia, 2000) hlm. 64-65
[2] Ibid., hlm. 65
[3] Jan S.
Aritonang. Berbagai Aliran di Dalam dan
di Sekitar Gereja. (Jakarta : BPK. Gunung Mulia, 2011) hlm. 54
[4] Pada tahun 1532
dan 1533 merupakan tahun yang diperkirakan “pertobatan” Calvin terjadi dimana
Calvin sudah beralih ke Reformasi. Lihat ibid.,
hlm. 65
[5] H. Berkhof. Sejarah Gereja. (Jakarta : BPK. Gunung
Mulia, 2005), hlm 159
[6] Th. van den End.
Harta dalam Bejana : Sejarah Gereja
Ringkas. (Jakarta :BPK. Gunung Mulia, 2003), hlm. 187
[7] H. Berkhof, loc. cit.
[8] Ibid., hlm. 16
[9] Christiaan de
Jonge. Apa Itu Calvinisme?.(Jakarta :
BPK. Gunung Mulia, 2008), hlm. 8
[10] F.D. Wellem, op. cit., hlm. 66
[11] H. Berkhof, op. cit., hlm. 160-161.
[12] F.D. Wellem, loc. cit.
[13] Ibid. hlm.66-65
[14] H. Berkhof, op. cit., hlm. 162
[15] Presbiterial
merupakan sistem dari susunan jabatan gereja yang terdiri dari pendeta, doktor,
penatua, dan diaken.
[16] Ibid., hlm. 163
[17] Ibid., hlm. 164
[18] Ibid.,hlm. 165
[19] Secara sederhana
predestinasi berarti bahwa jumlah dan jati diri dari “orang-orang yang
terpilih”, yakni mereka yang diselamatkan , sudah ditetapkan oleh allah yang
berdaulat itu sebelum dunia diciptakan. Calvin sendiiri mendefenisikannya
sebagai keputusan yang kekal dan tidak berubah-ubah telah ditentukan oleh Allah
orang-orang mana yang hendak diterima-Nya dalam keselamatan, dan mana
sebaliknya yang hendak dibiarkannya binasa. Keputusan-Nya itu berdasarkan
rahmatNya yang cuma-cuma dengan sama sekali tidak mengindahkan apakah manusia
layak memperolehnya. Bandingkan dengan Yohanes Calvin. Institutio :Pengajaran Agama Kristen. (Jakarta : BPK. Gunung Mulia,
2009) hlm. 196
[20] Inkuisisi GKR
merupakan pengadilan yang bertugas melawan atau menyingkirkan bidaah (ajaran
sesat), atau pengadilan atas seseorang yang didakwa bidaah.
[21] F.D. Wellem, op. cit., hlm. 68
[22] H. Berkhof,op. cit., hlm.167
[23] F.D. Wellem, op. cit., hlm.69